Di perbatasan Tanah Haram, tepatnya 11 kilometer dari Masjid Nabawi, Madinah, ada tempat cantik bernama Masjid Bir Ali. Di sinilah Miqat Makani (tempat berniat umrah/haji) bagi calon jamaah haji Indonesia yang berangkat dari Madinah menuju Masjidil Haram, Makkah.
Sebanyak 12 kloter jamaah haji yang telah menyelesaikan prosesi Arbain di Masjid Nabawi Madinah akan tiba ke lembah Bir Ali pada Minggu (30/8) besok. Dalam rangka persiapan penyambutan kedatangan jamaah haji dari Madinah, Kepala Sektor Khusus Bir Ali, Daerah Kerja (Daker) Madinah, Kamalul Iman Bilah menjelaskan bahwa timnya sudah melakukan simulasi personel, yang dibagi dalam lima pos.
“Pos itu bertugas mulai dari cek list jamaah, pengawasan di kamar mandi, di pintu masuk masjid, di parkiran, hingga cek list penumpang bus. Saat akan meninggalkan Bir Ali, jamaah diminta tidak tergesa-gesa turun sebelum bus berhenti,” ujar Kamal.
Petugas akan fokus mengawasi di sekitar kamar mandi untuk memastikan tidak ada jamaah laki-laki maupun perempuan yang tersesat. “Karena di situ memang krodit, sebab tidak hanya jamaah Indonesia tapi jamaah lain juga berada di situ,” imbuhnya.
Dahulu di jaman Rasulullah SAW, lembah itu disebut Lembah Aqiq. Lokasi masjid tempat mengambil Miqat ini agak turun ke bawah, menuju lembah yang menghijau. Di belakangnya sebuah bukit berbatu cadas menjadi pemandangan lain yang juga menakjubkan mata. Bangunan Masjid Bir Ali seperti bangunan kotak, sang arsitek Abdul Wahid El Wakil terinspirasi oleh bentuk rumah masyarakat di sekitar lembah ini dalam rancangannya.
Masjid Bir Ali dikenal dengan banyak nama. Disebut Bir Ali (bir berarti kata jamak untuk sumur), karena pada jaman dahulu Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA menggali banyak sumur di tempat ini. Sekarang, bekas sumur-sumur buatan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak tampak lagi.
Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Syajarah (yang berarti pohon), karena masjid yang cantik ini dibangun di tempat di mana Nabi Muhammad SAW pernah berteduh di bawah sebuah pohon (sejenis akasia). Kemudian, beberapa orang mungkin juga menyebut masjid ini dengan sebutan Masjid Dzul Hulaifah, karena letaknya berada di Distrik Dzul Hulaifah.
Jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Makkah sebenarnya masih cukup jauh. Perlu waktu 4 sampai 6 jam naik bus untuk tiba di Makkah karena jaraknya masih lebih kurang 450 km. Sebagaimana disyariatkan, ada 3 hal yang harus diamalkan saat mengambil miqat, termasuk miqat di Bir Ali ini, yaitu: (1) mandi sunnat ihram dan memakai pakaian ihram; (2) shalat sunnat ihram 2 rakaat; dan (3) berniat ihram serta bertalbiyah.
Uniknya Masjid Bir Ali
Karena banyaknya jamaah yang mandi di Bir Ali sebelum memakai pakaian ihram, maka masjid cantik ini dilengkapi dengan 512 toilet dan 566 kamar mandi. Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (difable). Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi berbau wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini.
Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87 – 93 Hijriyah), kemudian oleh Zaini Zainuddin Al Istidar pada tahun 861 Hijriyah (1456 Masehi), lalu pada jaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada tahun 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir oleh Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Saudi Arabia dari tahun (1981 sampai 2005 M). Masjid yang semula kecil dan sederhana kini menjelma menjadi bangunan indah. Keseluruhan areal masjid luasnya sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri dari 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun. (wawan/mch/mkd)
Sumber : http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=284869