Ribuan jemaah haji berbondong-bondong menuju lokasi lempar jumroh di Mina, dekat kota Mekkah, Arab Saudi, 5 Oktober 2014. AP/Khalid Mohammed |
Gelombang pertama jemaah haji Indonesia akan diberangkatkan pada 20 Agustus 2015 mendatang. Dalam hari-hari terakhir sebelum berangkat, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengingatkan beberapa hal tentang persiapan kesehatan para calon jemaah.
Tjandra menyarankan agar para calon jemaah haji untuk kembali memeriksakan dirinya ke dokter terdekat. Ada tiga alasan utama alasannya. “Pertama agar dapat dideteksi kemungkinan penyakit dan masih ada waktu untuk mengatasinya,” katanya, Rabu, 12 Agustus 2015.
Alasan lain, data menunjukkan sekitar 60–70 persen pasien MERS CoV adalah mereka yang sudah punya penyakit penyerta sebelumnya. Penyakit penyerta ini bisa merupakan gangguan paru kronik, jantung kronik, ginjal kronik, diabetes mellitus, hipertensi.
“Mereka yang sejak dari tanah air sudah ada penyakit-penyakit kronik maka perlu ekstra hati-hati dan dengan lebih seksama mempersiapkan pencegahan dan penanganan penyakitnya itu,” kata Tjandra. Ia mengingatkan agar para jemaah yang sudah punya penyakit penyerta sebelumnya membawa persediaan obat yang dibutuhkan selama di Tanah Suci.
Alasan ketiga, agar tidak lupa meminta surat keterangan dokter bila seorang jemaah haji memiliki masalah kesehatan sejak di Indonesia. Harapannya, surat itu diserahkan ke dokter kloter nantinya. “Kalau dari sekarang sudah tahu siapa dokter kloter atau dokter rombongan bila ONH plus, maka dari sekarang bicarakan dengan dokter kloter atau rombongan tentang masalah kesehatan Anda, dengan membawa surat dari dokter yang biasa merawat Anda,” kata Tjandra.
Selain menemui dokter, persiapan lain yang perlu dilakukan di hari-hari terakhir sebelum berangkat adalah melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki sebanyak 3-4 kali per minggu. “Ini amat penting karena dalam perjalanan haji nantinya minimal ada empat rute jalan kaki yang cukup jauh,” katanya.
Beberapa kegiatan yang memerlukan perjalanan panjang adalah ibadah tawaf, sai, jalan dari hotel atau pondokan ke masjid, dan jalan dari kemah di Mina ke tempat melontar jumroh. Kegiatan belanja dan ziarah pun akan menghabiskan energi lebih. ”Jadi harus dibiasakan berolahraga sejak sebelum berangkat. Dapat juga dilakukan juga di siang hari dalam rangka mulai adaptasi dengan cuaca panas,” katanya.
Persiapan lebih diperlukan bagi calon jemaah haji yang berangkat bersama orang tua yang berusia lanjut, apalagi yang memang sudah sakit. Untuk calon jemaah ini, selain kesiapan obat dan kebugaran kesehatan, maka harus dilakukan persiapan lebih rinci seperti pengetahuan tentang menyewa kursi roda atau kemungkinan ikut safari wukuf dan lainnya.
Tjandra juga menyarankan agar jemaah haji sebelum berangkat ke tanah suci mulai mengenal dan mempelajari tentang fasilitas dan pelayanan kesehatan yang ada di Arab Saudi pada musim haji. “Mulai dari petugas kesehatan kloter, pelayanan kesehatan di sektor, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), ataupun lokasi RS Arab Saudi yang diperlukan untuk rujukan,” katanya.
Tjandra juga ingatkan agar sejak kini para calon jemaah haji juga dapat mempelajari situasi kesehatan atau wabah penyakit yang mungkin muncul di musim haji kali ini. “Mulai sekarang jemaah haji bisa membaca berbagai tulisan tentang situasi penyakit di Arab Saudi pada musim Haji,” katanya.
Sumber : http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/12/173691340/jelang-keberangkatan-haji-lakukan-persiapan-kesehatan-ini