Sejatinya, kemampuan seseorang bisa berangkat haji adalah rahasia Allah. Kaya atau miskin, bukan patokan. Niat dan ikhtiarlah yang membuat kita satu frekuensi dengan panggilan Allah ke Tanah Suci
Sudah banyak kisah perjalanan haji inspiratif yang kita dengar. Mereka yang jelas-jelas jauh dan status kaya, nyatanya mampu berangkat haji dan uang yang mereka kumpulkan sendiri. Sementara ada orang yang berharta malah belum bisa menunaikannya, padahal hidup mampu dan berkecukupan.
Tengok saja Abdullah bin Saiful Hadi, warga Dusun Kianceng, Jember. Niatnya untuk naik haji begitu kuat tertanam. Meski berprofesi sebagai pengayuh becak, tak menyurutkan langkah Abdullah untuk mewujudkan keinginannya itu. Dan penghasilan yang jumlahnya tak pasti, ia sisihkan sebagiann ya. Itu pun tak menentu, terkadang dalam satu han dia bisa menabung, kadang sepekan sekali.Tergantung sisa uang belanja. Dan uang yang ia tabung sejak 1987 itu, Abdullah akhirnya dapat menunaikan haji pada 2013 kemarin, saat usianya lebih dan 60 tahun.
Menabung puluhan tahun juga dilakukan Sariyah (52), seorangjanda di Desa Karang lewas Kidul, Jawa Tengah. Dan tahun 1990 ia sudah menyisihk an sebagian penghasilannya yang tak seberapa dan berdagang bubur candil dan penganan lainnya untuk biaya hajinya. Kerja keras Sariyah membuahkan hasil, Ia dipanggil Allah keTanah Sucs di musim haji tahun ini.
Ada lagi kisah inspiratif lainnya. Seorang lelaki asal Bosnia, Senad Hadzic, melakukan perjalanan haji yang sangat menggugah. Bila kebanyakan orang pergi ke Tanah Suci dengan menaiki kendaraan, Senad berjalan kaki dan kampung halamannya di Banovici, Serbia. Ia memulainya pada l0 Desember 2011 dan tiba di Makkah pada 31 Agustus 2012. Dari negerinya, ia berjalan sejauh 5.700 kilometer, melintasi Serbia, Bulgaria, Turki, Suriah, Yordania, hingga akhirnya tiba di Arab Saudi. Tak sedikit rintangan Senad temu, belum lagi keletihan fisik yang ia alami, namun semuanya terbayar dengan kenikmatan memenuhi panggilan-Nya di Baitullah.
Kisah di atas hanya segelintir dan banyak cerita haji yang menginspirasi siapa pun. Pendapatan pas-pasan nyatanya bukan penghalang orang untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima itu. Menurut Setiyo Purwanto, S.Psi, M.Psi, sebenarnya setiap Muslim mampu untuk pergi haji. Jika dia niat menabung Rp 20 ribu per bulan misalnya, bisa. Jangan mempermasalahkan kapan bisa berangkat haji bila hanya bisa menyisihkan sedikit uang tiap bulannya. ”Daripada tidak menabung, tak ada upaya sama sekali untuk mewujudkan fiat. Allah yang mengatur segalanya. Jika pun sampai akhir hayat dia tak bisa berhaji, Allah akan membalas niat dan usaha dia,”tutur pengajar Psikologi Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.
Kesungguhan niat dan doa pasrah pada Allah yang disertai ikhtiarlah yang akan membuat kita tersambung dengan panggilan Allah keTanah Suci, Allah yang akan memampukan kita. Sayangnya, tanpa sadar kita suudzhan pada Allah dengan mengatakan, orang seperti saya yang penghasilann ya minim, mana bisa naik haji?
Ustadz All Fikri Fiyar, MA memandang, pemikiran semacam itu seolah menafikan apa yang Allah ingatkan pada kita melalui firman-Nya, “Dan orang-orang yang bersungguh sungguh dijalan Kami niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan (menuju keridhaan) KamL..” (QS Al Ankabut [291: 69).
”ltu artinya, bukan satu jalan, tapi banyak jalan yang akan Allah berikan kepada orang yang bersungguh-sungguh. Masalahnya, kita sungguh-sungguh ingin naik haji, tidak?” tanya Ali Fikri.
Rencanakan Haji Inspiratif untuk Diri Sendiri.
Karena ibadah haji membutuhkan stamina yang kuat, targetkan untuk berhaji di usia muda. Sebagian orang berpikir untuk menunaikan haji di usia tua, padahal, bila sejak usia 20-an tahun sudah berniat dan bisa menabung secara rutin (atau investasi)—berapa pun jumlahnya—untuk pergi haji, kenapa tidak?
Rencanakan pula untuk melakukan perjalanan haji yang bermakna, kelak bila tiba saatnya.
Apa saja itu? Ali Fikri menyarankan hal berikut :
*Lakukan semua hal yang termasuk rukun, wajib, dan sunah haji. Jangan hanya mengerjakan yang rukun, tinggal bayar dam bila hal yang wajib tak dilaksanakan, bahkan memandang remeh hal yang sunah. Jalankan haji dengan sempurna seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.
•Jadikan ni ibadah terbaik yang bisa kita banggakan di hadapan Allah, seraya berharap Allah memberi predikat haji mabrur yang balasannya surga. Sepulangnya dan haji, jadikan kemabruran ini sebagai benteng untuk menjaga diri dari maksiat.
•Perbanyak thawaf, ibadah utama yang tidak bisa kita lakukan selain di depan Ka’bah. Jadi, maksimalkanlah.
•Dekat-dekatlah dengan teman yang semangat ibadahnya tinggi. Ini penting karena teman sekamar yang malas bisa membuat kita malas juga.
*Selain tempat-tempat mustajab untuk kita panjatkan doa, sempatkan pula berziarah ke lokasi-lokasi bersejarah di Tanah Suci. Serap hikmah sebanyak
banyaknya.
*Bekali diri sebelumnya dengan banyak membaca serba-serbi terkait haji dan sejarahnya. Dengan pemahaman ini, ibadah haji kita akan jauh lebih bermakna dan berkesan.
Sumber : Ummi Majalah