MENTERI Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifud din memastikan prioritas jatah haji tahun ini untuk mereka yang belum pernah naik haji dan bisa memenuhi syarat kesehatan.Langkah itu untuk menyikapi kebijakan pemerintah Arab Saudi yang memotong kuota haji semua negara termasuk Indonesia sebanyak 20% yang akhirnya tidak bisa dinegosiasikan lagi.
"Seleksi calon jemaah haji tahun ini akan lebih ketat. Fokus kita pada mereka yang belum pernah berhaji dan mampu (memenuhi syarat kesehatan),'' ujar Lukman seusai rapat koordinasi paripurna bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, di Jakarta, kemarin.
Guna menunjang kebijakan itu, pemerintah tengah menyusun payung hukum nya. Selain itu, verifikasi orang yang pernah berhaji dan yang belum dilakukan dengan melihat data pada sistem komputerisasi haji terpadu (Siskohat) milik pemerintah.
Sebelumnya, pemerintah Arab Saudi memotong kuota haji sebanyak 20% pada semua negara sejak 2013 akibat adanya renovasi Masjidil Haram. Dengan begitu, jemaah Indonesia yang biasanya mendapat kuota dasar 211 ribu calon jemaah haji, hanya mendapat jatah 168 ribu calon haji. Kuota jemaah Indonesia baru kembali normal tahun depan.
Terkait jemaah haji yang berisiko tinggi, seperti para lanjut usia (lansia) dan mereka yang berpenyakit kronis, kata Menag, saat ini Kementerian Agama (Kemenag) mengkaji definisi istitha'ah (kemampuan berhaji). Pembahasan definisi `mampu' dalam berhaji itu, akan dirundingkan bersama Kemenag, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan para ulama.
Namun, menurut pandangan Lukman, definis 'mampu' berhaji idealnya tidak hanya terkait kemampuan finansial, tapi juga kebugaran fisik dan mental.
Menag mencontohkan, pada musim haji 2014, jumlah jemaah haji asal Indonesia yang meninggal mencapai 294 jemaah. Kebanyakan yang meninggal ialah lansia dan orang yang memiliki riwayat penyakit kronis, seperti jantung dan diabetes.
Pada kesempatan sama, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyatakan pihaknya siap menurunkan tingkat risiko kematian jemaah pada musim haji tahun ini. Pada musim ini, kata dia, seleksi kesehatan akan lebih ketat.
"Mereka yang mengidap penyakit jantung dan paru-paru tidak otomatis berangkat. Untuk pergi haji, mereka harus mendapat persetujuan dari pemeriksaan medis terlebih dulu," papar dia.
Data kesehatan
Secara terpisah, Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia Slamet Effendy Yusuf mendorong pemerintah agar sejak jamaah haji mendaftar sudah memiliki data kesehatan yang kemudian diperbaharui saat jemaah mau berhaji.
"Data itu selanjutnya harus tersimpan baik di Kementerian Kesehatan dan bisa dimasukkan ke Siskohat. Siskohat harus terintegrasi dengan e-hajj dan health hajj. Jangan sampai masalah kesehatan diletakkan di belakang karena termasuk kemampuan berhaji," jelasnya.
Ketua Forum Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Muh Muchtar Ilyas mengimbau agar calon jemaah haji aktif menjaga kesehatan fisik dan mental jauh sebelum keberangkatan, sehingga bisa dalam kondisi prima saat di Tanah Suci. (Vei/H-2/)
MediaIndonesia.com
Tagged with: Berita